SELAMAT DATANG DI AGUS_SUPRA , SEBUAH BLOG INFO LEPAS

Kamis, 12 November 2009

Apa dan siapa beruang madu itu ?




Nama Indonesia: Beruang Madu
Nama Ilmiah: Helarctos malayanus
Nama Inggeris: “Malayan Sun Bear” atau “Sun Bear”


SIFAT-SIFAT FISIK DAN INDRA:
Beruang madu merupakan jenis paling kecil dari kedelapan jenis beruang yang ada di dunia. Berat badannya berkisar antara 30 sampai dengan 65 kilogram, namun data dari alam sangat terbatas. Beruang madu yang ada di Pulau Borneo merupakan yang paling kecil dan kemungkinan dapat digolongkan sebagai sub-jenis (sub-species) dengan nama H.malayanus eurispylus. Sifat-sifat fisik beruang madu adalah sebagai berikut:
• bulunya pendek, mengilau dan pada umumnya hitam (namun terdapat pula
yang berwarna coklat kemerahan maupun abu-abu);
• mata berwarna coklat atau biru;
• hampir setiap beruang madu mempunyai tanda di dada yang unik (warnanya
biasanya kuning, oranye atau putih, dan kadang-kadang bertitik-titik);
• hidung dari beruang madu relatif lebar tetapi tidak terlalu moncong;
• kepalanya relatif besar sehingga dapat merupai anjing; kupingnya kecilbundar,
dan dahinya yang penuh daging terkadang tampak berkerut;
• mempunyai lidah yang sangat panjang (paling panjang dari semua jenis
beruang yang ada).
• lengan yang melengkung ke dalam, telapak yang tidak berbulu, dan kuku
yang panjang, (maka beruang madu sangat terdaptasi buat memanjat pohon)
• tangannya relatif besar dibandingkan dengan ukuran badan (kemungkinan besar hal ini memudahkan beruang madu utnuk menggali tanah dan membongkar kayu mati untuk mencari serangga) Beruang Madu mempunyai penciuman yang sangat tajam sehingga dapat cium bekas injakan satwa lain maupun manusia. Pengelihatan diduga biasa saja sedangkan pendengarannya cukup peka.
PERSEBARAN:
Tidak banyak catatan mengenai persebaran jenis ini, baik secara historis maupun saat ini. Namun demikian jenis ini telah dilihat diseluruh Asia Tenggara dari ujung timur Hindia dan bagian utara Birma sampai ke Laos, Kamboja, Vietnam dan Thailand sampai ke selatan di Malaysia, dan Pulau Sumatra dan Borneo. Ada catatan historis yang menunjukkan bahwa beruang madu dulu terdapat di Tibet, Bangladesh, dan beberapa wilayah di Hindia dan Cina dan di Pulau Jawa. Namun demikian, persebaran beruang madu telah sangat mengecil sejak jaman dulu dikarenakan kehilangan habitat dan perburuan. Beruang madu telah dianggap punah di Tibet, kemungkinan punah di Hindia bagian timur (namun perlu dipastikan) dan Bangladesh. Kemungkinan besar bahwa di Cina bagian selatan sisa populasi tinggal sedikit ataupun sudah punah.

HABITAT:
Hutan hujan tropis merupakan habitat utama beruang madu. Kayu hutan tersebut dinilai tinggi oleh manusia, dan sedang dikonversikan dengan cepat ke hutan sekunder, perkebunan, pertanian, peternakan dan pemukiman. Malaysia dan Indonesia merupakan pengekspor kayu keras tropis terbesar di dunia dan kebanyakan ekspor tersebut berasal dari habitat beruang madu sehingga habitatnya berkurang. Walaupun dampak spesifik terhadap persebaran, kepadatan dan jumlah populasi dan kesediaan makanan belum diketahui dengan pasti namun sudah dapat dipastikan bahwa dampaknya negatif. Kegiatan manusia yang diuraikan di atas menggantikan hutan dataran rendah yang asli dengan hamparan lahan yang tidak dapat dimanfaatkan beruang madu. Habitat yang dibutuhkan beruang menghilang termasuk tumbuhan, serangga dan makanan lain yang dibutuhkan beruang. Oleh karena makanan aslinya sudah tidak ada, terkadang beruang madu memakan tanaman pertanian, terutama umbut kelapa, sehingga tanaman tersebut mati. Beruang-beruang tersebut diburu dan sering dibunuh.

MAKANAN, POLA MAKAN, PERILAKU DAN PERAN DALAM HUTAN:
Beruang madu merupakan “omnivore” berartikan memakan banyak jenis makanan. Makanan utamanya adalah serangga (terutama rayap, semut, larva kumbang dan kecoak hutan). Yang kedua adalah banyak jenis buah-buahan, apabila tersedia. Kalau beruang bisa dapat mereka sangat suka dengan madu, terutama dari jenis kelulut (stingless bees). Terkadang memakan bunga tertentu. Rumput dan daun hampir tidak pernah dimakan. Di pinggiran hutan beruang terkadang memakan umbut jenis-jenis palem, dan kemungkinan terkadang memakan jenis mamalia kecil dan burung. Kukunya yang panjang, tajam dan melengkung memudahkan beruang madu untuk menggali tanah, membongkar kayu jabuk, dan rahangnya yang sangat kuat membuat beruang sanggup membongkar kulit kayu guna mencari serangga dan madu. Dengan lidah panjangnya mereka mengambil makanan yang lobanglobang yang dalam. Dalam satu hari seekor beruang madu berjalan rata-rata 8 km untuk mencari makanannya. Apabila beruang madu memakan buah, biji ditelan utuh, sehingga tidak rusak. Setelah buang air besar, biji yang ada di dalam kotoran mulai tumbuh sehingga beruang madu mempunyai peran yang sangat penting sebagai penyebar tumbuhan buah berbiji besar seperti cempedak, durian, lahung, kerantungan dan banyak jenis lain. Perilaku mencari makan yang lain seperti pembongkaran sarang rayap di tanah, kayu jabuk dan batang pohon hidup untuk mendapatkan madu, bermanfaat bagi jenis satwa yang lain pula. Banyak burung yang ikut memakan serangga apabila beruang sudah membongkar sarang atau kayu jabuk dan pembongkaran kayu menyediakan lobang di batang pohon yang sering dimanfaatkan satwa lain untuk berlindung ataupun berkembang-biak. Perilaku menggali dan membongkar juga bermanfaat untuk mempercepat proses penguraian dan daur ulang yang sangat penting untuk hutan hujan tropis.

SISTEM SOSIAL DAN SIFAT:
Keterangan yang ada tentang sistem sosial beruang madu yang liar masih sangat terbatas dan berasal dari observasi kebetulan serta implikasi dari bentuk badannya. Beruang madu diduga satwa yang bersifat soliter sama halnya dengan jenis beruang lain. Beruang madu dianggap pemalu yang biasanya berusaha menghindari berhadapan dengan manusia (dibantu penciuman yang tajam) bahkan beruang lain. Mereka dapat berjalan sangat diam sehingga gerakannya tidak kedengaran. Beruang madu mempunyai tubuh dan stamina yang kuat dan sifat “pantang mundur” apabila dalam keadaan terancam atau terkaget seperti halnya apabila terjerat. Maka timbul persepsi di masyarakat bahwa beruang madu merupakan binatang “buas”, padahal di alam dia akan selalu berusaha menghindari konflik kecuali terancam atau terganggu. Observasi beruang di alam menunjukan bahwa beruang adalah satwa yang cerdas, lincah dan mengajubkan. Yang paling sering ditemui di hutan adalah betina dengan anaknya. Hampir semua laporan tentang kelompok beruang menyangkut kelompok betina dan anaknya. Ada beberapa laporan bahwa beruang madu dapat mengumpul dekat pohon buah dimana buah sedang melimpah. Hampir setiap jam dari fajar sampai petang dimanfaatkan untuk mencari makanan baik di tanah maupun di atas pohon, terkecuali satu atau dua jam istirahat siang apabila panas. Pada umumnya beruang madu tidur pada malam hari di atas atau di dalam batang kayu roboh, atau terkadang di sarang yang di buat di atas pohon. Jenis beruang ini tidak memerlukan “tidur panjang pada musim dingin” atau hibernasi dikarenakan makanannya tersedia sepanjang tahun di habitat tropisnya. Penilitian jangka panjang pertama di dunia terhadap beruang madu di alam yang dilakukan di Hutan Lindung Sungai Wain, Balikpapan, Kalimantan Timur, menunjukkan bahwa rata-rata seekor beruang betina memerlukan wilayah jelajah tidak kurang dari 500 Ha untuk hidup dalam setahun. Sedangkan diperkirakan bahwa beruang madu jantan memerlukan wilayah jelajah sekitar 1,500 Ha per tahun.

REPRODUKSI:
Pengetahuan mengenai perkembang-biakan beruang madu dan pengasuhan anak di alam sangat terbatas. Biasanya hanya satu anak yang mendampingi betina. Kembar jarang terlihat. Beruang madu betina hanya memiliki 4 puting susu dibandingkan jenis beruang lain yang biasanya melahirkan beberapa anak dan mempunyai enam puting susu. Rupanya beruang madu tidak mempunyai musim kawin tertentu, mungkin karena musim buah dan ketersediaan makanan di alam sangat bervariasi. Ada kemungkinan bahwa beruang madu, sama dengan jenis beruang lain, mempunyai sistem alami untuk “menunda” perkembangan telur (delayed implantation) sehingga dapat memastikan bahwa anak akan lahir pada waktu induknya cukup gemuk, cuacanya baik dan ketersediaan makanan cukup. Namun hal ini belum diketahui dengan pasti. Beruang madu melahirkan di dalam batang kayu yang bolong atau gua kecil dimana anak beruang dilindungi sehingga cukup besar untuk mengikuti induknya dalam aktivitas sehari-hari. Informasi dari Kebun Binatang menunjukkan bahwa perkembang-biakan beruang madu yang dipelihara sangat sulit dan saat ini justru dihindari karena populasi di alam sudah terancam kehilangan habitat sehingga usaha konservasi yang lebih diperlukan adalah pelestarian habitat ketimbang penambahan populasi yang dipelihara.
ANCAMAN DAN STATUS KONSERVASI:
Di hutan alam Kalimantan dan Sumatra beruang madu yang dewasa dan sehat hampir tidak dimangsa satwa lain, namun terdapat satu kasus dimana seekor betina tua dan kecil dimakan ular sanca (Python reticulatus) yang berukuran panjang 7m. Dapat diduga bahwa beruang madu yang kecil atau sakit dapat dimangsa macam dahan dan ular. Walaupun beruang madu dewasa hampir tidak mempunyai musuh di alam (di Kalimantan), Persatuan Konservasi Dunia (IUCN) baru (April 2004) mengubah klasifikasi status konservasi beruang madu dari “tidak diketahui karena kurang data” (Data deficient) ke “terancam” (Vulnerable). Klasifikasi tersebut berartikan beruang madu terancam punah terutama karena habitatnya berkurang terus-menerus. Di Indonesia beruang madu dilindungi UU sejak 1973 (SK Mentan) diperkuat dengan Peraturan Pemerintah no.8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Faktor yang mengakibatkan berkurangnya populasi beruang madu termasuk: pengrusakan dan fragmentasi hutan alam akibat ulah manusia; kebakaran hutan yang merusak habitatnya; perburuan beruang madu untuk penggunaan bagian badannya untuk obat tradisional, penangkapan untuk dijadikan satwa peliharaan; dan pembunuhan beruang akibat peningkatan konflik antara beruang dengan manusia di pinggir hutan. Hanya dalam beberapa tahun terakhir ini mulai dilakukan penelitian mengenai biologi, ekologi dan perilaku di alam. Pelestarian beruang madu harus difokuskan pada pelestarian serta pengelolaan habitatnya, penegakan status hukum beruang madu (dilindungi di Indonesia – lihat di atas), pengurangan konflik antar manusia dan beruang di sekitar kawasan hutan, serta penghentian perdagangan beruang dan bagian tubuhnya.

CATATAN KHUSUS: BERUANG MADU DI KOTA BALIKPAPAN
Beruang madu merupakan satwa asli Balikpapan dan masih ada populasi asli yang bertahan di Hutan Lindung Sungai Wain. Sejak dasawarsa enam puluhan hingga sembilan puluhan HL Sungai Wain terancam oleh penebangan liar dan perambahan, dan pada tahun 1998 hampir dimusnahkan kebakaran hutan yang luar biasa. Namun zona inti hutan lindung tersebut berhasil diselamatkan berkat kerja keras peneliti hutan berkerjasama dengan masyarakat sekitar. Dengan dibentuknya Badan Pengelola Hutan Lindung Sungai Wain pada tahun 2001, Kota Balikpapan mengambil alih pengelolaan Hutan Lindung Sungai Wain, dan sejak tahun 2002 semua kegiatan pengrusakan seperti penebangan, perambahan dan pembakaran HL Sungai Wain berhasil dikendalikan sehingga masa depan HL Sungai Wain serta populasi beruang madunya menjadi cukup cerah. Penelitian pertama di dunia tentang beruang madu di alam dimulai pada tahun 1997 di Hutan Lindung Sungai Wain oleh peneliti asal Belanda, Gabriella Fredriksson dan berlangsung hingga 2004. Sebelumnya perilaku beruang madu di alam, pola dan jenis makanannya, tanda-tanda keberadaannya dan peran penting di dalam hutan tidak diketahui dengan pasti. Maka Kota Balikpapan mempunyai ikatan khusus dengan beruang madu. Lebih dari itu, penampilan beruang madu yang kekar, bersih, cantik, kuat tetapi lincah, dan sifatnya yang mandiri, cerdas dan “pantang mundur” merupakan ciri-ciri yang tersirat di Kota Balikpapan.

 
© Copyright by agus supra  |  Template by Blogspot tutorial